Suatu hari, ketika saya dianugerahi setumpuk tugas dari dosen, saya sedikit kelimpungan untuk mencari teman yang mempunyai kompor di puter alias komputer untuk mengetik tugas dari orang yang menghabiskan jutaan rupiah hanya untuk memperpanjang namanya tersebut. Akhirnya, seorang teman sudi menampung saya dan meminjamkan Komputernya untuk saya raba dan remas-remas keyboardnya.
Dua hari saya menginap di kosan teman saya, tugas pamungkas pun selesai. Perasaan lega mulai menaungi jiwa, saya beranjak dari meja belajar dan mampir sebentar di kamar mandi untuk menggadaikan daki dan keringat yang sudah saya tabung selama dua hari dengan segenggam kesegaran. ratusan juta tetes air menetes secara bersamaan, saya mulai mengambil botol shampoo dari dinding yang sengaja dilubangi untuk menyimpan berbagai peralatan mandi. Namun ada satu botol yang menarik perhatian saya, botol bening berisikan dua cairan semacam 'susu dan madu', tanpa pikir panjang, saya menggunakan isi di dalam botol tersebut untuk melembutkan rambut saya yang jumlahnya jutaan. Ketika busa yang menginjak kepala saya dibilas, saya terkejut dengan apa yang terjadi pada rambut saya. Rambut saya keras, kaku dan ah, sama sekali tidak enak untuk dielus oleh pacar saya yang maha tidak ada. Begitu selesai mandi, saya menanyakan kepada teman saya, apa yang sebenarnya ada di dalam botol tersebut. Dengan enteng teman saya menjawab, "Itu sabun mandi super mahal ibu saya, kamu gak liat tulisan dibawah botol tersebut? Lagian, mau aja ketipu ama madu & susu." Hening mendominasi, terpaksa saya harus mandi ulang karena rambut saya yang jadi semu-keriting dan penasaran bagaimana jadinya jika cairan tersebut melumuri kulit saya yang berkulit eksotis ini. Setelah mandi dengan benar, rambut saya mulai agak lembut kembali dan kulit tubuh saya harum, kesat dan agak putihan karena sabun super mahal milik ibu teman saya tersebut.
Kesalahan pemakaian seperti cerita semi-porno di atas pun terjadi malam lalu ketika Milan memaksakan hasil imbang melawan Palermo di Renzo Barbera Stadium. Allegri melakukan kesalahan pemasangan formasi yang sebenarnya tidak perlu terjadi jika Alle setia kepada 1 formasi saja. Milan memulai laga dengan Formasi 3-5-2 dengan memasang trio gombrang, Mexes-Bonera-Yepes untuk membendung serangan pemain Palermo. Saya yang menonton pertandingan lewat streaming kacrut dikarenakan TVRI daerah Bandung lenyap dipanggil Yang Maha Kuasa agak ngantuk sampai menemukan kesegaran ketika The Flash, Abate handball di kotak penalti Milan. JEGERR! Palermo 1-0 Milan.
Babak kedua dimulai dengan masuknya Urby Emanuelson menggantikan Mathieu Flamini dan Allegri berselingkuh dengan formasi 3-4-3. Belum terlihat hasil dari buah perselingkuhannya dengan formasi 3-4-3, Franco Brienza mulai mencoba menggoda iman saya dengan gol keduanya yang membuat Amelia mati langkah. Allegri mulai panik dengan memasukkan nama Giampaolo ': p>' Pazzini (54') dan Bojan Krkic (53') menggantikan Pato dan Yepes. Milan terlihat bermain dengan 4 pemain bertipe menyerang. Allegri semakin menggila, Milan terlihat bermain dengan formasi 4-2-4! Memang, pada akhirnya setelah pergantian formasi, Milan mampu membalas dengan 2 gol yang masing-masing di cetak Montolivo (69') dan El Shaarawy (80') namun Allegri seakan tanpa persiapan matang sebelumnya dan tidak jeli melihat apa yang sebenarnya cocok untuk Milan.
Manusia memang tidak luput dari ke-alpa-an. Namun, semua manusia itu dianugerahi kecerdasan dari Yang Maha Kuasa agar bisa memilih, mana yang baik, mana yang tidak. Yang membedakannya adalah sejauh mana manusia itu mampu secara jeli memilih dan memaksimalkan apa yang ada di sekelilingnya.
Sekian, Terimakasih dan FORZAMILAN!
Rabu, 31 Oktober 2012
Selasa, 30 Oktober 2012
Yang Sedang-Sedang Saja
Rasa menggelikan mulai muncul sesaat setelah beberapa menit pertandingan berakhir. Kalimat yang penuh dengan rasa kepalan dan tendangan ke arah muka mulai bertebaran merangsek kedalam 666 halaman Timeline saya yang perlahan menggerogoti batere KW seharga lima belas ribu hasil tawar-menawar dengan engkoh-engkoh di BEC. "TIM LU MENANG CURANG, ANJ***!". Ya semacam itulah. Entah apakah mereka tahu kecurangan apa yang terjadi didalam lapangan hijau atau mereka hanya mencari kambing hitam seakan tim mereka tak pernah gagal, salah dan kalah. Sebaliknya, kubu lawan mulai melakukan pembelaan dengan, "ITU MEMANG DIVING! DAN PANTAS MENDAPAT KARTU MERAH!" tanpa melihat lebih teliti apakah si pemain memang diving atau memang terjadi kontak antara shin-guard dan pull-sepatu.
Timeline mulai tidak kondusif ketika waktu mulai menuju ke arah yang semakin membawa mereka ke rumah pemilik akun pihak yang menang deengan cara -yang mereka sebut- curang dengan menenteng kepalan sebesar matahari. "BERANTEM ANJ***!" WOW! Fanatisme berlebihan membuat mereka kehilangan akal sehatnya. Bukannya membantu tim kesayangannya bangkit setelah menderita kekalahan, namun mereka malah menabur garam di atas luka dengan mencari pelampiasan sepadan agar nafsu birahi berkedok fanatisme mereka tersalurkan.
Entahlah, mungkin mereka hanya manusia biasa yang memang ngenes karena kalah taruhan dengan menjadikan istri mereka sebagai bahan taruhannya atau mereka adalah preman kampus yang dibully mahasiswaa baru yang baru kenal ketika masa orientasi. Yang jelas, rasa benci dan cinta itu sangat wajar hinggap di jiwa manusia. Tapi jika terlalu berlebihan, biasanya hanya akan melahirkan malapetaka. Sebaik dan semulia apapun maksudnya, kalo kata pedangdut papan atas sih, yaaaaaang sedang-sedang sajalahhhh..
Silakan temui saya di Twitter dengan followers maha sedikit ini @mrizkyfirm jika ada salah kata atau merasa tersinggung. Ya, tulisan ini untuk kamu kok...
Timeline mulai tidak kondusif ketika waktu mulai menuju ke arah yang semakin membawa mereka ke rumah pemilik akun pihak yang menang deengan cara -yang mereka sebut- curang dengan menenteng kepalan sebesar matahari. "BERANTEM ANJ***!" WOW! Fanatisme berlebihan membuat mereka kehilangan akal sehatnya. Bukannya membantu tim kesayangannya bangkit setelah menderita kekalahan, namun mereka malah menabur garam di atas luka dengan mencari pelampiasan sepadan agar nafsu birahi berkedok fanatisme mereka tersalurkan.
Entahlah, mungkin mereka hanya manusia biasa yang memang ngenes karena kalah taruhan dengan menjadikan istri mereka sebagai bahan taruhannya atau mereka adalah preman kampus yang dibully mahasiswaa baru yang baru kenal ketika masa orientasi. Yang jelas, rasa benci dan cinta itu sangat wajar hinggap di jiwa manusia. Tapi jika terlalu berlebihan, biasanya hanya akan melahirkan malapetaka. Sebaik dan semulia apapun maksudnya, kalo kata pedangdut papan atas sih, yaaaaaang sedang-sedang sajalahhhh..
Silakan temui saya di Twitter dengan followers maha sedikit ini @mrizkyfirm jika ada salah kata atau merasa tersinggung. Ya, tulisan ini untuk kamu kok...
Minggu, 28 Oktober 2012
Karena Saya Mencintai Milan
Milanisti pastilah tak habis pikir dengan tak kunjung membaiknya performa AC Milan musim ini. Setelah dipermalukan Interminal 0-1 di San Siro, dibabat -meskipun sempat memberi hapan- 3-2 oleh Lazio, selang empat hari kemudian dipaksa kalah 1-0 oleh newbie di Liga Champions, Malaga dan "kemenangan beruntung" atas Genoa malam lalu.
Adalah tidak mungkin bagi rossoneri untuk meraih gelar apapun jika penampilan mereka masih gini-gini aja, entah itu di Serie-A ataupun Liga Champions. Dalam 10 partai terakhir, Milan hanya tiga kali menggenggam tripoin -meski kurang meyakinkan-, lima kekalahan dan dua kali imbang.
Beberapa pemain mengatakan, Milan hanya kurang beruntung. Padahal sudah jelas, Atalanta yang punya kelas 10 tingkat dibawah Milan pun mampu mengungguli permainan Milan. Coba intip klasemen sementara Serie-A pekan ini, 14 tim yang biasanya kudu mendongakan kepala untuk melihat posisi AC Milan, kini hanya cukup menunduk sambil senyum-senyum kecil melihat posisi rossoneri di klasemen. Ada yang salah? Tentu. Faktor utama? Saya rasa, Allegri.
Diluar keputusan si Bos besar, Silvio Berlusconi yang terkesan terlalu terpaku dalam menyiasati cara menghindar dari jeratan hukuman Financial Fair Play dengan menerapkan kebijakan mendatangkan pemain gratis, pinjam & bergaji rendah, Allegri seharusnya bisa memaksimalkan performa dan melihat jeli posisi beberapa pemain yang tersisa di skuadnya. Beberapa Milanisti pun tahu, Urby lebih baik dipasang sebagai bek kiri ketimbang Antonini, Prince Boateng yang tidak lagi menjadi 'prince' d belakang striker Milan dan The Untouchable, Daniele Bonera yang sebenarnya lebih siap untuk duduk di bangku cadangan ketimbang Acerbi-Zapata.
Patut diketahui, seorang Carletto yang sampai ditinggal sebagian 'ruh' milan saat itu, Andriy 'il tsar' Shevchenko, lalu si Bos menyuguhkan bangkai hidup bernama Ricardo Oliveira sebagai pengganti. Hmmm..... Awal musim yang penuh dengan pesimisme. Namun apa yang terjadi? berkat kejeliannya menggunakan formasi dan strategi yang tepat serta memaksimalkan potensi pemain yang ada, Milan dibawanya mengangkat The Big Ears di akhir musim. Pola pohon cemara ala Carletto menggambarkan arti ketepatan dalam sepakbola tanpa melulu menendang dan berlari. Manchester United paling mengetahui, bagaimana kejamnya serangan balik dan kokohnya lini tengah dan belakang Milan. Gilardino mencetak gol begitu mudah di saat pemain Red Devils kelimpungan untuk menerobos lini tengah Milan. Cristiano Ronaldo yang saat itu menggila di EPL pun hanya sekedar sarapan pagi bagi seorang Gennaro Gattuso. Ketiadaan Sheva dan semakin bapuknya Oliveira justru membuka peluang bagi 'dia-yang-terlahir-offside', Filippo Inzaghi untuk membuktikan dirinya bahwa dia belum habis dengan 6 golnya yang menuntun milan menapaki tangga menuju panggung kehormatan. Dengan tidak terlalu memaksakan sosok sentral semacam Kaka, Pirlo dan Nesta serta memaksimalkan yang tersisa dari Ronaldo, Maldini dan Pippo pun merupakan kejeniusan tersendiri Don Carlo yang sama sekali tidak dimiliki Mr. Allegri.
Tidak ada gunanya kita berbicara tentang masa lalu di saat tim kita tercinta sedang membusuk di posisi ke-15 klasemen sementara. Tanpa perlu berbicara tentang kesalahan-kesalahan Allegri -yang tentunya tidak sedikit-, kita tahu, bahwa Milan wajib melakukan reformasi. Tetap percaya kepada keputusan Silvio Berlusconi yang tetap mempertahankan Allegri pun rasanya sudah terlalu berat bagi saya, terlebih disini saya menulis sebagai Pecinta Milan, bukan Anti Allegri.
FORZAMILAN!!!
Adalah tidak mungkin bagi rossoneri untuk meraih gelar apapun jika penampilan mereka masih gini-gini aja, entah itu di Serie-A ataupun Liga Champions. Dalam 10 partai terakhir, Milan hanya tiga kali menggenggam tripoin -meski kurang meyakinkan-, lima kekalahan dan dua kali imbang.
Beberapa pemain mengatakan, Milan hanya kurang beruntung. Padahal sudah jelas, Atalanta yang punya kelas 10 tingkat dibawah Milan pun mampu mengungguli permainan Milan. Coba intip klasemen sementara Serie-A pekan ini, 14 tim yang biasanya kudu mendongakan kepala untuk melihat posisi AC Milan, kini hanya cukup menunduk sambil senyum-senyum kecil melihat posisi rossoneri di klasemen. Ada yang salah? Tentu. Faktor utama? Saya rasa, Allegri.
Diluar keputusan si Bos besar, Silvio Berlusconi yang terkesan terlalu terpaku dalam menyiasati cara menghindar dari jeratan hukuman Financial Fair Play dengan menerapkan kebijakan mendatangkan pemain gratis, pinjam & bergaji rendah, Allegri seharusnya bisa memaksimalkan performa dan melihat jeli posisi beberapa pemain yang tersisa di skuadnya. Beberapa Milanisti pun tahu, Urby lebih baik dipasang sebagai bek kiri ketimbang Antonini, Prince Boateng yang tidak lagi menjadi 'prince' d belakang striker Milan dan The Untouchable, Daniele Bonera yang sebenarnya lebih siap untuk duduk di bangku cadangan ketimbang Acerbi-Zapata.
Patut diketahui, seorang Carletto yang sampai ditinggal sebagian 'ruh' milan saat itu, Andriy 'il tsar' Shevchenko, lalu si Bos menyuguhkan bangkai hidup bernama Ricardo Oliveira sebagai pengganti. Hmmm..... Awal musim yang penuh dengan pesimisme. Namun apa yang terjadi? berkat kejeliannya menggunakan formasi dan strategi yang tepat serta memaksimalkan potensi pemain yang ada, Milan dibawanya mengangkat The Big Ears di akhir musim. Pola pohon cemara ala Carletto menggambarkan arti ketepatan dalam sepakbola tanpa melulu menendang dan berlari. Manchester United paling mengetahui, bagaimana kejamnya serangan balik dan kokohnya lini tengah dan belakang Milan. Gilardino mencetak gol begitu mudah di saat pemain Red Devils kelimpungan untuk menerobos lini tengah Milan. Cristiano Ronaldo yang saat itu menggila di EPL pun hanya sekedar sarapan pagi bagi seorang Gennaro Gattuso. Ketiadaan Sheva dan semakin bapuknya Oliveira justru membuka peluang bagi 'dia-yang-terlahir-offside', Filippo Inzaghi untuk membuktikan dirinya bahwa dia belum habis dengan 6 golnya yang menuntun milan menapaki tangga menuju panggung kehormatan. Dengan tidak terlalu memaksakan sosok sentral semacam Kaka, Pirlo dan Nesta serta memaksimalkan yang tersisa dari Ronaldo, Maldini dan Pippo pun merupakan kejeniusan tersendiri Don Carlo yang sama sekali tidak dimiliki Mr. Allegri.
Tidak ada gunanya kita berbicara tentang masa lalu di saat tim kita tercinta sedang membusuk di posisi ke-15 klasemen sementara. Tanpa perlu berbicara tentang kesalahan-kesalahan Allegri -yang tentunya tidak sedikit-, kita tahu, bahwa Milan wajib melakukan reformasi. Tetap percaya kepada keputusan Silvio Berlusconi yang tetap mempertahankan Allegri pun rasanya sudah terlalu berat bagi saya, terlebih disini saya menulis sebagai Pecinta Milan, bukan Anti Allegri.
FORZAMILAN!!!
Semua Karena Twitter.
Bermula dari AC Milan yang semakin hari semakin membusuk sehingga memancing Tweet yang menabur garam di atas luka berlandaskan kata-kata kutipan 'kriuk' ala (at)my_supergombrang. Di perparah lagi dengan mentionan merangsang kecemburuan ala (at)kamu, (at)dia dan (at)mereka seakan tak sabar untuk menuai badai........AAARRGGHHH.....Saya cinta social-media ini, yang seakan memberi pelumas bagi piston di otak saya untuk terus menyampaikan pesan kepada bagian otak lain yang berisi, "Balas dengan kata-kata! Balas dengan kata-kata!"
Saat kalimat per kalimat melintas di alam imajinasi saya, tak ragu semua saya tumpahkan di Twitter. Tanpa berpikir apa yang followers saya yang maha sedikit akan berkata apa setelah membaca Twitt saya yang maha absurd. Semakin jauh, sedikit dari rasa 'sayang sekali jika hanya di Twitter' saya naik ke permukaan, tanpa pikir panjang, Blog jadi satu-satunya jalan terbaik bagi saya menuangkan harum kasturi berupa kalimat maha absurd ini.
Sebenarnya, Saya sendiripun bingung, apa yang hendak saya tulis ini. Tulisan ini lebih menjurus kepada persoalan-persoalan pribadi. Sengaja saya tumpahkan di Blog gombrang ini karena saya rasa terlalu rendahan bagi saya jika semua ini di di Twitter yang hanya sebatas 140huruf. Setidaknya, setelah semua tumpah di atas tulisan maha tidak jelas ini, saya merasa sedikit lebih nyaman lah minimal. Hehehe.. Ngomong aja mau curhat, mbrangs...
Enjoy mbrangs, Insya Allah Blog ini tidak akan nganggur. :)
Saat kalimat per kalimat melintas di alam imajinasi saya, tak ragu semua saya tumpahkan di Twitter. Tanpa berpikir apa yang followers saya yang maha sedikit akan berkata apa setelah membaca Twitt saya yang maha absurd. Semakin jauh, sedikit dari rasa 'sayang sekali jika hanya di Twitter' saya naik ke permukaan, tanpa pikir panjang, Blog jadi satu-satunya jalan terbaik bagi saya menuangkan harum kasturi berupa kalimat maha absurd ini.
Sebenarnya, Saya sendiripun bingung, apa yang hendak saya tulis ini. Tulisan ini lebih menjurus kepada persoalan-persoalan pribadi. Sengaja saya tumpahkan di Blog gombrang ini karena saya rasa terlalu rendahan bagi saya jika semua ini di di Twitter yang hanya sebatas 140huruf. Setidaknya, setelah semua tumpah di atas tulisan maha tidak jelas ini, saya merasa sedikit lebih nyaman lah minimal. Hehehe.. Ngomong aja mau curhat, mbrangs...
Enjoy mbrangs, Insya Allah Blog ini tidak akan nganggur. :)
Langganan:
Postingan (Atom)