Rasa menggelikan mulai muncul sesaat setelah beberapa menit pertandingan berakhir. Kalimat yang penuh dengan rasa kepalan dan tendangan ke arah muka mulai bertebaran merangsek kedalam 666 halaman Timeline saya yang perlahan menggerogoti batere KW seharga lima belas ribu hasil tawar-menawar dengan engkoh-engkoh di BEC. "TIM LU MENANG CURANG, ANJ***!". Ya semacam itulah. Entah apakah mereka tahu kecurangan apa yang terjadi didalam lapangan hijau atau mereka hanya mencari kambing hitam seakan tim mereka tak pernah gagal, salah dan kalah. Sebaliknya, kubu lawan mulai melakukan pembelaan dengan, "ITU MEMANG DIVING! DAN PANTAS MENDAPAT KARTU MERAH!" tanpa melihat lebih teliti apakah si pemain memang diving atau memang terjadi kontak antara shin-guard dan pull-sepatu.
Timeline mulai tidak kondusif ketika waktu mulai menuju ke arah yang semakin membawa mereka ke rumah pemilik akun pihak yang menang deengan cara -yang mereka sebut- curang dengan menenteng kepalan sebesar matahari. "BERANTEM ANJ***!" WOW! Fanatisme berlebihan membuat mereka kehilangan akal sehatnya. Bukannya membantu tim kesayangannya bangkit setelah menderita kekalahan, namun mereka malah menabur garam di atas luka dengan mencari pelampiasan sepadan agar nafsu birahi berkedok fanatisme mereka tersalurkan.
Entahlah, mungkin mereka hanya manusia biasa yang memang ngenes karena kalah taruhan dengan menjadikan istri mereka sebagai bahan taruhannya atau mereka adalah preman kampus yang dibully mahasiswaa baru yang baru kenal ketika masa orientasi. Yang jelas, rasa benci dan cinta itu sangat wajar hinggap di jiwa manusia. Tapi jika terlalu berlebihan, biasanya hanya akan melahirkan malapetaka. Sebaik dan semulia apapun maksudnya, kalo kata pedangdut papan atas sih, yaaaaaang sedang-sedang sajalahhhh..
Silakan temui saya di Twitter dengan followers maha sedikit ini @mrizkyfirm jika ada salah kata atau merasa tersinggung. Ya, tulisan ini untuk kamu kok...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar